Perbedaan Direct Sales dan Network Marketing
Ada perbedaan mendasar antara ketiga model distribusi langsung.
Direct sales sangat mengandalkan kemampuan menjual para distrbutornya. biasanya model seperti ini disebut juga dengan single level. perusahaan merekrut para distributor untuk menjual sebanyak mungkin produk untuk mendapatkan insentif yang lebih besar. sedangkan dalam
Konsep Network Marketing tidak terlalu menonjolkan kemampuan selling, bahkan pada kenyataannya, banyak yang berhasil di bisnis network marketing tanpa memiliki kemampuan menjual sama sekali. konsep network marketing lebih menitikberatkan kepada membentuk sebuah “customer base” atau jaringan distribusi pemakai.
Direct Sales : 1 x 1000 = 1000, 1 orang menjual 1000 produk
Network Marketing : 1000 x 1 = 1000, ada 1000 orang yang memakai 1 produk
Mengapa banyak juga bisnis NETWORK MARKETING yang tutup?
Bisnis NETWORK MARKETING memang bagus, sehingga banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang memasarkan produknya dengan model NETWORK MARKETING. Tapi tidak sedikit diantara yang kemudian tutup. Mengapa terjadi demikian?
Hasil analisis Silver Quantum Network (sebuah lembaga pengembangan diri dan pelatihan bisnis) ada beberapa hal yang membuat sebuah perusahaan NETWORK MARKETING dengan cepat tutup:
1. Perusahaan NETWORK MARKETING tersebut tidak memiliki kapital/modal yang cukup untuk menunjang operasional dan membagikan insentif kepada para distributornya.
2. Perusahaan NETWORK MARKETING tersebut tidak memiliki produk yang memiliki kekuatan penetrasi pasar yang kuat. Produknya tidak spesifik, banyak terdapat dipasaran, mudah disubstitusi oleh produk non NETWORK MARKETING yang jauh lebih murah. Produknya memiliki kualitas yang biasa-biasa saja.
3. Marketing Plan yang kurang menarik, bonusnya kecil, dan beberapa perusahaan terlalu berani mengumbar bonus. Contohnya ada beberapa perusahaan NETWORK MARKETING yang berani memberikan bonus mobil mewah kepada distributornya yang baru menjalankan bisnisnya selama 6 bulan
4. Perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi sendiri produk yang dipasarkannya. Sehingga ada resiko ketergantungan dari perusahaan pembuat produknya.
5. Perusahaan tidak memiliki sistem usaha yang jelas, dukungan yang kuat kepada para distributornya, dan manajemen perusahaan yang buruk
6. Tidak ditunjang dengan sebuah support system yang bisa terus memotivasi dan memberikan bekal jiwa enterpreneur yang cukup bagi para distributornya.
Anda Ingin Kaya ? Ikut Network Marketing Saja…
Kata siapa usaha Network Marketing bisa membuat orang cepat kaya mendadak dengan cara yang mudah? Tidak jarang mereka yang mau terjun ke usaha ini harus mendapat cibiran dari koleganya. Apalagi ketika ingin membujuk seseorang untuk menjadi downline. Mungkin ada benarnya ungkapan dari Nobel Laureat Milton Friedman: There is no such thing as a free lunch alias tidak ada makan siang gratis.
Sebuah pepatah yang paling terkenal dari ajaran egoistik dalam ilmu ekonomi. Ungkapan yang bermakna setiap keuntungan dan kemudahan tidak dicapai dengan cuma-cuma. Ada pengorbanan yang harus dilakukan.
Ada ongkos yang harus dibayarkan. Nah, benarkah usaha Network Marketing (NM) bisa membuat orang cepat kaya mendadak dengan cara yang mudah? Jika ditinjau dari segi modal dan risiko memang terbilang kecil.
Mulai dari beberapa puluh hingga ratusan ribu rupiah saja. Ini tentunya berbeda dengan bisnis-bisnis konvensional lain yang membutuhkan modal minimal jutaan rupiah. Karena kecilnya modal yang dibutuhkan di bisnis ini, otomatis risikonya hampir tidak ada.
Seseorang bisa melakukannya tanpa mengenal waktu dan tempat. Bisa dikerjakan dimana saja dan kapan pun seseorang menginginkannya. Dan yang paling enak adalah reward yang dituai saat seseorang merekrut banyak downline. Bisa dalam bentuk pesawat, mobil BMW, dan jalan-jalan ke luar negeri.
Butuh pengorbanan
Namun dibalik itu, tidak jarang mereka yang mau terjun ke usaha ini harus mendapat cibiran dari koleganya. Apalagi ketika ingin membujuk seseorang untuk menjadi downline. Buktinya pengorbanan yang harus dilakukan Silvia Rast dalam menekuni usaha tersebut, Millionaire team HerbaLife. Ketika ingin menekuni usaha ini, ia sudah mendapatkan tantangan dari suaminya.
Pasalnya di mata sang suami waktu itu, usaha Network Marketing bukan sesuatu yang menjanjikan. Apalagi masih banyak dari lingkungan sekitarnya yang memandang sebelah mata bisnis itu. Namun, ia tetap teguh dengan pendiriannya yang tidak mau menjadi orang kantoran seumur hidup. Tanpa bekerja pun, dapurnya masih bisa mengepul. Karena ia berasal dari keluarga yang berada.
Tapi ia tetap berjuang untuk mendapatkan downline. Padahal tidak mudah untuk melakukan itu. Banyak penolakan yang ia terima ketika mengetuk pintu hati seseorang untuk mengikuti jejak yang sama dengannya.
Risza Bambang, managing director Shildt Consulting, mengungkapkan menambah atau mendapatkan penghasilan dari usaha Network Marketing sah-sah saja. Tapi, jangan terjebak dengan kembaran usaha ini, yaitu money game.
Multi tipu marketing…
Sering terjadi perjudian, penggadaan uang, dan tipu menipu dengan membonceng sistem marketing bergaya Network Marketing. Kegiatan itu belakangan ini semakin menjamur dan memperpanjang daftar korban malpraktik usaha pemasaran multi level itu. Masih segar diingatan, betapa kecewanya pemodal dengan tawaran PT Probest International. Sebuah perusahaan e-business yang dalam praktiknya mengadopsi bisnis Network Marketing.
Ketua Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) Helmi Atamimi dalam suatu seminar mengungkapkan aturan penjualan langsung atau Network Marketing di Indonesia sesungguhnya masih sangat lemah. Kelemahan tersebut sering dimanfaatkan pihak lain dalam menjalankan praktik penggadaan uang atau money game berkedok Network Marketing.
“Network Marketing no problem, tapi yang dikuatirkan justru dimanfaatkan untuk bisnis “multi tipu marketing” dengan penawaran yang mirip dengan Network Marketing,” tukasnya. Perusahaan multi tipu marketing itu biasanya mengatakan bisnisnya adalah bisnis Network Marketing.
Hal itu dilakukan supaya orang bergabung dengan usaha mereka. Kalau mereka terang-terangan menyebut money game, orang akan malas bergabung. Karena itu mereka biasa menyebut dirinya Network Marketing. Meski nama mereka tidak tercantum dalam APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia).
Sebuah asosiasi yang salah satu fungsinya menyaring nama perusahaan yang yang betul-betul berbisnis penjualan langsung. Kalau nama mereka tercantum dalam APLI, berarti NETWORK MARKETING yang sejati. “Selain itu, money game biasanya tidak memiliki produk untuk dijual kepada konsumen,” tandas Risza. Sedangkan pada perusahaan NETWORK MARKETING harus ada produk yang dijual, entah itu berupa barang atau jasa.
Dan yang penting adalah pada money game, seseorang diminta membayar sejumlah dana yang cukup besar untuk mendaftar saja. Kalau pada perusahaan NETWORK MARKETING biasanya hanya meminta biaya pendaftaran yang besarnya tidak sampai Rp150 ribuan. Itu pun sudah termasuk pembelian produk. Jadi, menurut CPM Asia Pacific Managing Partner Arrbey Indonesia, Handito Hadi Joewono, bisnis Network Marketing tidak sekedar “buah mimpi”, melainkan sistem terintegrasi yang bisa mensinergikan berbagai kekuatan. Hal itu bisa dilihat secara kasat mata pada pribadi-pribadi sukses di bisnis NETWORK MARKETING yang telah meraih posisi level diamond, double diamond, atau posisi lainnya.
Sebelum memutuskan masuk pada suatu tawaran bisnis Network Marketing, jangan terbuai dengan tingkat keuntungan yang dijanjikan. There is no such thing as a free lunch alias tidak ada makan siang gratis. Semua ada pengorbanan dan risikonya. Jadi, selama orang masih tergiur ingin kaya mendadak dengan cara yang mudah, maka bisnis “multi tipu marketing” yang berkedok Network Marketing akan tetap berkembang subur.
0 komentar:
Posting Komentar